Sabtu, 06 Agustus 2016

Kami Saksi Iman (Ibrani 11)

Iman Kristen sangat sederhana dan praktis dibanding dengan agama-agama lain. Setiap agama punya tata cara tertentu untuk menyembah allahnya. Kekristenan tidak punya cara tertentu yang ditetapkan untuk menyembah Tuhan.  Dalam kekeristenan setiap orang dapat menjadi besar secara rohani. Sebab Iman Kristen dibangun di atas hubungan pribadi dengan Pribadi Agung yaitu; Tuhan Yesus Kristus. Hubungan pribadi tidak mengenal senioritas. Hidup rohani terbuka bagi pria dan wanita tanpa dibatasi oleh umur seseorang. Banyak tokoh-tokoh iman dalam Alkitab adalah anak-anak muda yang berumur belasan tahun alias masih remaja. Yusuf, Daud, Sadrak, Mesak, Abednego dan Daniel adalah beberapa dari deretan panjang dari nama-nama anak muda remaja yang merupakan saksi iman yang luar biasa. Iman adalah respons kita pada pribadi Kristus dan Firman-Nya. Kesederhanaan iman inilah yang ditampilkan kepada kita oleh penulis Ibrani. Penulis Ibrani tidak memperkenalkan orang-orang yang sempurna dengan prestasi yang luar biasa. Yang ditulisnya adalah orang-orang biasa yang telah percaya kepada Tuhan dan menanggapi Firman-Nya dengan positif, menaatinya tanpa syarat. Nama-nama yang disebutkan di sini, beberapa di antaranya bukanlah orang-orang yang hebat. Perhatikanlah, yang ditekankan dalam kepahlawanan iman mereka bukan perbuatan-perbuatan mereka yang besar melainkan hubungan dan respons mereka kepada Firman Tuhan tanpa menghitung harga pengorbanannya.

Iman dan ketaatan kepada Tuhan yang membuat Allah tertarik dan senang. Inilah yang menjadi dasar penilaian Allah terhadap manusia. (Nampaknya, bila kita tiba di surga kita akan terkejut melihat bahwa banyak orang yang kita salut dan menganggap besar di dunia ternyata di surga mereka orang kecil). Iman adalah dasar hidup rohani (ay. 1,2,6), tuntutan utama untuk menghampiri Allah dan menerima perkenan-Nya. Kisah penciptaan harus diterima dengan iman. Hal-hal sederhana jika dilakukan atas dasar iman, sesuai dengan Firman Tuhan, itu besar bagi Tuhan. Itulah yang disampaikan kepada kita melalui saksi-saksi iman. Jika kita membaca dan memperhatikan dengan seksama, hidup dari saksi-saksi iman, mereka semua memiliki kesamaan dalam kehidupan.

1.       Hal-hal utama yang mereka kejar dalam hidupnya adalah perkara-perkara yang kekal, bukan hal-hal materi.
Banyak di antara mereka adalah orang yang secara materi kaya namun fokus hidup mereka bukan pada kekayaaan dan kesenangan dunia ini. Mereka melihat kekayaan sebagai karunia Tuhan untuk melayani dan memberkati orang lain. Mereka semua rendah hati, setia dan taat pada Tuhan. Mereka semua bersaksi bahwa mereka adalah orang asing di dunia ini dan merindukan tanah air yang kekal (ay13,14).

2.       Mereka semua bersaksi bahwa surga adalah rumah mereka.
Sebuah kota yang dibangun oleh Allah (ay.10,16). Rumah di bumi ini hanya sementara. Kita dapat membangunnya dengan megah tetapi tidak akan memilikinya untuk selamanya. Sebaliknya, anda mungkin tidak punya rumah yang tetap dan baik di bumi ini, tetapi bersukacitalah, sebab anda punya rumah kekal di surga, haleluyah! Kerinduan ini membuat mereka tetap bersemangat dan tidak berkecil hati sekalipun dihadapkan kepada berbagai kesulitan dan kekurangan.

3.    Mereka semua percaya kepada Allah dan pelaku Firman-Nya tanpa syarat.
Mereka begitu menghormati Tuhan dan Firman-Nya. Mereka berani melakukan Firman Tuhan tanpa bertanya-tanya. Mereka hidup dekat dengan Tuhan. Doa, pujian,dan penyembahan kepada Allah adalah gaya hidup mereka. Mereka semua dikenal sebagai orang yang bergaul karib dengan Tuhan. Tidak ada yang dapat menggoyahkan iman mereka.

4.   Mereka semua adalah orang yang pantang menyerah, ulet dan biasa dalam kesulitan dan bersedia mati karena Tuhan.
Sekalipun mereka tidak menerima apa yang dijanjikan, banyak doa dan kerinduan mereka tidak terpenuhi mereka tetap setia sebab mereka tahu bahwa pada akhirnya mereka menerima dan memiliki sesuatu yang “lebih baik” (ay. 35b-40).

PENGAMPUNAN (Matius 18 : 21-35)

Injil Matius pasal 18 berisi hukum-hukum praktis tentang hidup jemaat. Bagaimana seharusnya jemaat bersikap dan memperlakukan sesama seiman. Roh Kudus menuntun Matius untuk mengumpulkan ucapan–ucapan (pengajaran) Yesus di berbagai tempat dan kesempatan lalu menyusunnya menjadi satu rangkaian pengajaran yang berfokus pada kehidupan jemaat yang dikehendaki Tuhan. Jika kita memperhatikan setting dari pengajaran yang disusun Matius di sini, alur pemikirannya adalah berhubungan dengan pengampunan. Inti atau konsep kebenaran dari Yesus yang terdapat disini adalah :


1. Kebesaran sesorang dalam Kerajaan Allah berbeda dengan kebesaran dalam dunia ini(ayat. 1-5).
Orang besar bagi Allah ditentukan oleh sikap hati seseorang,  yakni kerendahan hati dan ketergantungannya pada Tuhan.
Untuk membuat kebenaran ini hidup dan dipahami dengan mudah oleh pendengar-Nya, Yesus mengambil contoh seorang anak kecil (Yun, paidion, seorang anak di bawah umur 8 tahun). Perlu diketahui, bahwa issue “terbesar” dalam masyarakat Yahudi sangat penting. Mereka ketat denganukuran strata sosial. Mereka membedakan pandai dan bodoh, kaya dan miskin, tuan dan budak. Dalam acara-acara Yahudi tempat duduk diatur berdasarkan posisi yang terbesar. Itulah sebabnya Yesus berkata, kalau engkau diundang ke pesta jangan duduk di depan nanti datang orang yang lebih dari anda, akhirnya anda diminta duduk di belakang. Karena issue “terbesar”, berpengaruh bagi orang Yahudi, murid-murid Yesuspun berdebat “siapa yang terbesar di antara mereka” (Mark 9:34).


2. Penyesatan (Yun, skandalon) atau kesalahan pasti ada, tidak dapat dihindari (ayat 6-11).
Tapi kita semua diminta agar tidak menjadi penyebab dari orang berbuat salah. Kita dinasehati agar jangan mendatangkan kesalahan, kesesatan  “menganggap rendah seorang dari anak kecil.” Kata “anak kecil’ di ayat 6, 10, 14, (Yunani mikroi”) berarti orang kecil, orang dewasa yang dianggap kecil karena miskin, bodoh. NIV menterjemahkan “little ones”. Tuhan Yesus mengatakan, orang kecil itu punya malaekat penjaga yang selalu menghadap Tuhan. Biasanya hanya orang penting saja (punya jabatan khusus) yang punya akses menghadap raja. Mungkin saja malaikat penjaga orang kecil adalah malikat yang punya kedudukan penting dalam surga. Jadi hati-hati, jangan menghina orang kecil.


3. Hati Bapa adalah hati yang merangkul, mencari dan menyelamatkan yang terhilang, tersesat atau salah jalan (ayat. 12-14).
Bapa di surga tidak menghendaki satu jiwa terhilang, sekalipun dia seorang yamg kecil menurutanggapan dunia. Tugas kita adalah tugas penyelamatan siapapun dan bagaimanapun buruknya seseorang, kita harus punya hati Bapa Surgawi. Setiap jiwa sama nilainya bagi Tuhan, baginya Kristus telah mati. Jangan berbuat dosa mengabaikan pelayanan kepada orang kecil atau arogan secara rohani. Tuhan memanggil kita bukan untuk mengkritisi, menilai, menghakimi, mempersalahkan orang yang bersalah melainkan menyelamatkannya. Tuhan mengajar kita agar yang lebih mulia mau memberi dan membagi kemuliaan pada yang kurang mulia. 1 Kor 12 : 21-26. baca.


4. Yesus mengajar kita bersikap persuasif dan konstruktif terhadap orang yang bersalah (ayat 14-20).
Bagaimanapun pendekatan itu, bergantung kepada sikap hati anda (ay. 3-5 ).  Karena anda punya otoritas “mengikat” dan “melepaskan”. Menarik untuk memperhatikan kata “pengampunan, mengampuni” dalam Alkitab berasal dari kata Yunani“Aphiemi” (Ingg. Forgiveness),  berarti melepas (tali) ikatan, membiarkan pergi, membiarkan pergi bebas. Jadi sekalipun ada pendekatan formal 1,2,3 namun pendekatan formal tersebut bukanlah batasan. Perhatikan kata Yesus: jika ia tidak mau mendengarkan, “pandanglah dia sebagai orang yang tidak mengenal Allah atau pemungut cukai, alias belum bertobat. Jadi tugas kita melayani dan membuat ia bertobat bukan membuang atau menyisihkannya.

Pertanyaan Petrus dan jawaban Yesus yang disertai dengan perumpaan, memperjelas dan memberikan penegasan tentang keberanan-kebenaran yang diajarkan di atas, yakni, prinsippengampunan tanpa batas.  Pengampunan tidak diukur dari besar, luas, dalam, lebar dan beratnya kesalahan seseorang. Pengampunan melampaui segala-galanya. Petrus mengajukan pertanyaan pada Yesus, mungkin Petrus terpikir dengan pernyataan Yesus dalam Luk 17:4 dan ia ingin mendapat penegasan kembali. Tetapi  jawaban Yesus diluar dugaan : 70 x 7 = 490. Wow, mungkinkah ada orang yang berbuat salah sebanyak ini dalam sehari (kalau konteksnya Luk 17:4) ? Untuk meredahkan ketegangan Petrus, Yesus menceritakan sebuah kisah tentang seorang Raja dengan hambanya yang berhutang 10 ribu talenta. Satu talenta sama dengan 6000 dinar. Satu dinar adalah upah sehari waktu itu. Kalau sekarang upah pekerja Rp 25.000 / hari maka 1 talenta sama dengan  Rp. 150 juta. 10.000 X 150.000.000 = Rp ………. hitung sendiri ..........

Perumpamaan Yesus memberikan pesan penting tentang pengampunan dan mengampuni. Kita mempunyai Raja yang punya belas kasihan yang besar. Betapun besarnya kesalahan kita, kalau kita datang dan mengaku pada-Nya pasti kita menerima pengampuanNya. Seperti hamba yang berhutang 10.000 talenta. Namun ada kisah sedih dalam perumpaan ini. Orang yang berhutang besar setelah mendapat pengampunan bertemu dengan “hamba lain” yang berhutang kepadanya hanya 100 dinar namun justru ditangkap dan dipenjarakannya tanpa belas kasihan. Raja mengetahuinya dan menganggap ini kejahatan besar ….. Perhatikan apa kata Raja: “Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?”  Yesus adalah Raja dalam perumpamaan ini. Seluruh hidup Yesus menyatakan belas kasihan kepada orang berdosa. Dia datang mengumumkan kemurahan hati Bapa yang mengampuni dosa dan kesalahan manusia. “Maz. 103:12: “sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.” Yesus datang memberikan pengampunan bagi yang berdosa.

Orang membawa kepada-Nya perempuan yang berdosa minta supaya dilontar dengan batu. Yesus menjawab, siapa di antara kalian yang tidak  berbuat dosa silahkan melempari wanita ini. Tak seorangpun yang berani sebab semua berbuat dosa. Yesus pun mengampuni wanita ini. Tujuan Yesus datang di dunia ini mencari dan menyelamatkan yang sesat bukan untuk menghukum. Dia datang mengadakan pendamaian atas dosa-dosa manusia, Dia menyerahkan diri-Nya serta mencurahkan darah-Nya untuk menebus, menanggung dosa manusia. Dan setelah bangkit dari antara orang mati, Dia mempercayakan tugas penting bagi murid-murid-Nya untuk memberitakan kabar pengampunan di dalam nama-Nya (Luk 24:47). Yesus menegaskan, untuk menjadi murid-Nya kita harus memiliki hati Bapa, hati Kristus. Bersedia mengampuni setiap orang (Mat. 18:25). Kita diselamatkan dan diutus bukan untuk mempersalahkan yang salah, menghukum, membuang, menyisihkan yang bersalah tetapi mencari, menyelamatkan dan memberikan pengampunan bagi mereka. Jadikan pengampunan dan mengampuni sebagai misi anda! Itu adalah amanat Kristus. Milikilah hati Kristus, hati yang mengampuni: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Demikian doa Yesus di salib. Yesus mengajar murid-muridNya berdoa ...ampunilah kami akan kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah pada kami...” (Mat. 6:12; baca Markus 11 :25,26). Akhirnya, Yakobus 5 :19,20 berkata :“Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran dan ada seorang yang membuat dia berbalik, ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa”.

SIKAP HIDUP ORANG KRISTEN


Matius 7:1-12. Menarik untuk diperhatikan bahwa khotbah di bukit ini merupakan rangkaian khotbah yang sangat terstruktur. Di pasal 5 dan 6, Yesus berbicara mengenai diri pribadi atau jati diri orang Kristen, bagaimana orang Kristen harus memiliki watak seperti Kristus. Yesus menetapkan standar karakter yang tinggi bagi pengikut-pengikut-Nya. Orang Kristen harus memiliki karakter yang lebih unggul dari dunia, sehingga terlihat perbedaan antara pengikut Kristus dan yang bukan. Kemudian di pasal 7, Yesus berbicara tentang hubungan orang Kristen dengan orang lain dan Bapa Surgawi. Jika kita memiliki karakter Kristus maka kita harus mempraktekkannya. Dalam teks pembacaan ini ada 3 sikap yang perlu dilakukan seorang pengikut Kristus.

1. Sikap terhadap Saudara Seiman (ayat 1-5,12)

a. Jangan menghakimi (1-5)
Yesus secara khusus mengangkat hal ini karena sikap ini sering kali kita lakukan dan sering kali pula kita tidak sadar bahwa kita sudah melakukannya. Seringkali kita lebih melihat kesalahan atau kekurangan saudara kita yang cuma sedikit namun tidak menyadari kesalahan/kekurangan kita yang banyak.

Pelarangan Yesus untuk menghakimi tidak berarti menutup mata terhadap kesalahan dan kekurangan saudara-saudara kita. Yesus tidak sedang bermaksud menghilangkan sikap kritis kita untuk menyatakan kesalahan orang lain. Pelarangan ini jangan membuat kita menjadi takut untuk menyatakan kesalahan atau memberikan kritikan kepada orang lain jika memang itu perlu untuk dilakukan. Sebaliknya, arti menghakimi adalah:
· Berusaha mencari-cari kesalahan orang lain untuk menjatuhkannya.
· Memberikan cap atau label atau julukan pada seseorang padahal orang itu tidaklah seperti itu. Mungkin memang orang itu pernah melakukan suatu kesalahan, namun tidak menjadi kebiasaannya.
· Menyalahkan atau menuduh seseorang sebelum tahu persoalan yang sebenarnya, lalu memberi hukuman terhadap orang tersebut.
· Menganggap diri selalu benar sedangkan orang lain selalu salah. Sikap-sikap seperti itulah yang dikatakan oleh Yesus sebagai sikap menghakimi.

b. Perlakukan orang lain seperti kita mau diperlakukan (ayat 12)
Pada ayat 1-5, Yesus melarang kita untuk menghakimi dengan mencari-cari kesalahan, menuduh, memberi cap pada orang lain karena kita tidak lebih baik dari orang lain. Kita masih manusia yang masih bisa bersalah karena itu Yesus menasihatkan supaya kita menghargai dan menjaga perasaan sesama kita. Kita tentu mau diperlakukan dengan baik, maka kita harus lebih dahulu bersikap baik dan memperlakukan orang lain dengan baik. Jika kita mau dihargai, kita harus menghargai orang lain. Jika kita mau orang tersenyum kepada kita, tersenyumlah lebih dulu. Jika kita tidak mau dibenci, janganlah membenci orang lain.

Yesus mengatakan bahwa ayat ini merupakan inti dari hukum Taurat. Jika kita sudah melakukan dan mempraktekkannya maka kita sudah melakukan hukum Taurat. Jadi marilah kita memperlakukan saudara-saudara kira sebagaimana kita mau diperlakukan.

2. Sikap terhadap ”anjing” dan ”babi”
Sepintas mendengar ucapan ini kita bisa kaget karena terkesan sangat kasar, padahal sebelumnya Yesus menganjurkan kita untuk bersikap baik terhadap orang lain. Tentu ada alasan Yesus mengatakan hal demikian. Salah satu alasannya adalah karena Yesus adalah pribadi yang jujur dan tidak suka kompromi. Jika ya, dikatakan ’ya’, jika tidak dikatakan ’tidak’. Yesus bersikap baik terhadap orang lain namun dalam kasus-kasus tertentu yang bersifat prinsipil dalam hubungannya dengan kebenaran, Yesus bersikap tegas tanpa kompromi. Di beberapa bagian Injil terdapat perkataan Yesus yang keras. Yesus dengan berani mengatakan Herodes Antipas sebagai ’serigala’ karena kejahatannya (Lukas 13:32), Yesus menyebut ahli Taurat dan orang Farisi ’kuburan yang dilabur putih’ dan ’keturunan ular beludak’ (Mat. 23:27,33) karena kemunafikan mereka.

Kita memang tidak boleh menghakimi, menuduh, mencari-cari kesalahan orang lain tetapi jika ada terjadi kesalahan janganlah disembunyikan atau kompromi. Lalu siapakah yang disebut Yesus sebagai ’anjing’ dan ’babi’? Kata ’anjing’ ini tidak sama dalam Matius 15:26 (perempuan Kanaan). Anjing dalam Mat 15:26 adalah sejenis anjing peliharaan yang disayangi tuannya, tetapi dalam teks ini, anjing yang dimaksudkan adalah anjing liar yang jorok yang berkeliaran di jalan dan hidup dengan makan sampah. Babi adalah binatang haram bagi orang Yahudi dan juga binatang yang senang mengorek-ngorek tanah dengan mulutnya. Kedua binatang ini menggambarkan orang yang menolak dan melecehkan Firman Tuhan, lalu menghina dan mengejek Tuhan. Sedangkan mutiara menggambarkan berita Injil. Kedua kata ini tidaklah ditujukan kepada seorang pencuri atau perampok atau penjahat lainnya, namun ditujukan kepada seorang yang dengan sadar memandang remeh Injil atau Firman Tuhan. Bisa jadi dia adalah seorang yang terhormat dalam masyarakat, orang yang kaya, namun tidak mau menerima Firman, malah menolak dan menghina Allah terang-terangan. Kepada orang seperti inilah Yesus melarang kita untuk terus memberitakan Injil.

Jadi sikap kita terhadap orang seperti ini adalah jika kita sudah memberitakan Injil namun ia terus menolak bahkan melecehkan Injil, maka jangan lagi beritakan Injil kepadanya karena ia malah akan semakin merendahkan martabat Injil dan menghina Allah.

3. Sikap terhadap Bapa di Surga (ay. 7-11)
Setelah mengajarkan sikap terhadap sesama, maka Yesus beralih kepada hubungan dengan Bapa di surga. Dalam teks ini secara khusus menyorot hubungan dengan Bapa dalam hal pengabulan doa. Frasa ini menunjukkan suatu kedekatan yang erat antara anak dan Bapa dimana sebagai anak kita harus menjalin hubungan yang erat dengan Bapa dalam doa supaya kita dimampukan melakukan perintah-Nya.

Ketika kita mengharapkan sesuatu dari Bapa, Yesus mengajarkan untuk ”mintalah..., carilah..., dan ketoklah....” maka Bapa pasti akan memberi yang terbaik. Hal berdoa ini sangat sederhana tetapi mengandung unsur yang sangat penting yang harus kita ketahui dan lakukan:
a. Pengetahuan. Bapa akan memberi sesuai dengan kehendak-Nya karena itu kita harus tahu apa yang menjadi kehendak-Nya agar doa kita dikabulkan. Cara untuk mengetahui adalah belajar dan merenungkan Firman-Nya serta bersekutu erat dengan-Nya.
b. Iman. Jika kita sudah mengetahui kehendak Bapa maka unsur lain yang perlu ada adalah iman. Kita harus mengimani dan sungguh-sungguh percaya maka pasti Dia akan mengabulkan doa kita sesuai kehendak-Nya.
c. Keinginan. Kita tahu kehendak Bapa, kita mengimani bahwa Bapa pasti memberi, dan memang itu sangat kita inginkan atau butuhkan, percayalah Bapa pasti akan memberikannya.

Marilah kita memiliki sikap yang benar dalam berhubungan dengan sesama kita dan teristimewa dalam hubungan kita dengan Bapa di surga.

Jumat, 05 Agustus 2016

Berani Tampil Beda

Berani Tampil Beda

Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.” 2 Timotius 2:22

Dalam perkembangan jaman yang semakin cepat di era globalisasi saat ini membuat anak-anak muda berusaha tampil dengan mengikuti tren yang sedang berkembang. Kecenderungan anak-anak muda adalah berusaha untuk bisa mendapat pengakuan dari lingkungan sekitarnya. Mereka berusaha agar dapat diterima dalam lingkungan pergaulannya yaitu dengan cara mengikuti tren yang ada saat ini. Jika mereka tidak mengikuti tren yang sedang berkembang, maka mereka akan dianggap ketinggalan jaman dan kurang pergaulan.
Banyak hal yang bisa dianggap tren bagi anak muda, mulai dari cara berpakaian, cara berbicara, cara berdandan/bergaya, gaya hidup, tempat jalan-jalan, tempat hiburan, tempat berbelanja, barang-barang mewah, musik, film, teknologi gadget, internet, bahkan sampai kepada kebiasaan buruk yaitu merokok hingga kepada dunia gemerlap (kehidupan malam).

Tekanan dari teman-teman sering dialami bagi anak-anak muda yang tidak mau mengikuti tren-tren itu. Bukan suatu hal yang mudah untuk menolak atau tidak mengikuti tren yang ada.
Sebagai anak muda yang mengenal Tuhan, tentunya harus dengan cermat mengikuti tren-tren yang ada. Anak-anak muda harus pintar-pintar memilih tren apa yang baik dan apa yang tidak baik bagi mereka, agar tetap berjalan dalam kehendak Tuhan dan tidak menyimpang dari jalanNya.
.



Bagaimana agar anak-anak muda dapat tetap di dalam Tuhan dan berani tampil berbeda dengan dunia ini?

1. Hidup sesuai dengan Firman Tuhan

Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. ” Maz 119:9

Hanya dengan Firman Tuhan-lah seorang anak muda dapat mempertahankan jalannya sesuai dengan kehendak Tuhan. Firman Tuhan akan menerangi setiap sisi kegelapan yang ada. Tuhan akan memberi hikmat bagi anak-anak muda, tren apakah yang sesuai dan tidak sesuai dengan kehendakNya.

Tidak mengikuti tren yang tidak sesuai dengan jalanNya bukan berarti akhir dari kehidupan. Tetapi ketika anak muda memilih untuk tidak mengikuti tren yang ada dan lebih mementingkan kehendak Tuhan dalam dirinya, maka dia akan memperoleh harta yang paling berharga di dunia ini.
Menjadi umat Tuhan bukan berarti kita menjadi orang yang kurang pergaulan, tetapi lebih kepada menjadi orang yang mempunyai integritas untuk menyatakan ya di atas ya dan tidak di atas tidak. Menjadi orang yang berani untuk menolak ajakan maupun kebiasaan yang tidak berkenan di hadapan Tuhan dan siap menerima segala resiko dengan menolak ajakan tersebut.
.
2. Menjauhi Hawa Nafsu
Dalam 2 Timotius 2:22 jelas sekali dikatakan untuk menjauhi segala nafsu orang muda. Segala keinginan untuk memenuhi hawa nafsu hanyalah membawa kepada kebinasaan. Hawa nafsu akan terus menyerang kehidupan anak-anak muda. Oleh karena itu setiap keinginan yang muncul haruslah diserahkan kepada Yesus Tuhan. Tidak setiap keinginan harus dimiliki saat itu juga atau bahkan ada keinginan-keinginan tertentu yang harus ditolak karena tidak sesuai dengan FirmanNya.
Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. ” 1 Yoh 2:16
Mintalah kepadaNya agar Dia memberi kekuatan untuk dapat menolak setiap hawa nafsu yang ada.

Berjalanlah sesuai dengan Firman Tuhan, dan tetap setia dalam setiap langkah yang diambil baik dalam pergaulan maupun aktifitas apapun. Hidup di dalam kasih Tuhan dan tetap memelihara damai di dalam kehidupan kita.
.
3. Menjadi Teladan
Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.” 1 Tim 4:12
Sebagai anak muda bukan berarti tidak bisa menjadi teladan. Justru selama menjalani masa muda harus mulai bisa menunjukkan bahwa kita adalah teladan yang patut ditiru baik dalam perkataan, tingkah laku, kasih kepada sesama, kesetiaan kepada Tuhan dan dalam kesucian hidup yang berani untuk menolak segala kecemaran yang ada.
Tuhan akan memampukan setiap anak muda agar dapat hidup seturut dengan kehendakNya sehingga dapat menjadi teladan bagi teman-teman pergaulannya.
.
Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda.

Berbahagialah orang yang telah membuat penuh tabung panahnya dengan semuanya itu. Ia tidak akan mendapat malu, apabila ia berbicara dengan musuh-musuh di pintu gerbang. ” Maz 127:4-5


Berkurban Demi Cinta

Bacaan Setahun: Yesaya 22-26
Nas: Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku. (Kisah Para Rasul 9:16)

Berkurban demi Cinta

Lelaki ini bernama Hartono. Ia membulatkan tekad untuk berkeliling Indonesia dengan cara ekstrem: berjalan kaki! Sepanjang perjalanan, ia menyinggahi situs-situs bersejarah, terutama yang berkaitan dengan Ir. Soekarno. Kekaguman dan rasa cinta Hartono pada Ir. Soekarno membuatnya rela melakukan tindakan ekstrem tersebut. Itulah kehebatan dari rasa cinta dan kekaguman yang bisa ditunjukkan oleh seorang anak manusia.
Tindakan Hartono mengingatkan saya pada perjalanan Paulus, yang dahulu bernama Saulus. Perjumpaan pribadi dengan Yesus di jalan menuju Damsyik (ay. 3-6) bukan hanya membelokkan sejarah hidupnya, melainkan menjadi awal perjuangannya demi Kristus. Ketetapan Allah bahwa ia akan menderita oleh karena nama Kristus, juga demi sampainya Injil ke bangsa-bangsa, tidak membuat murid Gamaliel ini merasa gentar. Ia malah berkata: "Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asalkan aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk bersaksi tentang Injil anugerah Allah" (Kis. 20:24). Mustahil rasanya jika hal-hal luar biasa itu dilakukan oleh laki-laki yang tidak mengasihi Tuhan.
Apakah kita mengasihi Tuhan? Seberapa besar rasa cinta kita kepada-Nya, sehingga membuat kita rela berkurban dan melakukan banyak hal demi menyenangkan hati-Nya? Mari jawab dengan jujur di hadapan-Nya, lalu wujudkan lewat sikap, perkataan, maupun perbuatan kita bahwa kita sungguh-sungguh mengasihi-Nya. 
* * *
KETIKA SESEORANG SUNGGUH-SUNGGUH MENGASIHI,
IA AKAN BERSEDIA BERKURBAN BAGI PRIBADI YANG DIKASIHINYA.
* * *

Diskusi renungan ini di Komentar:

Ayat Alkitab: Kisah Para Rasul 9:1-18

Saulus bertobat
9:1 Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan. Ia menghadap Imam Besar,
9:2 dan meminta surat kuasa dari padanya untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya, jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalem.
9:3 Dalam perjalanannya ke Damsyik, ketika ia sudah dekat kota itu, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia.
9:4 Ia rebah ke tanah dan kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata kepadanya: "Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?"
9:5 Jawab Saulus: "Siapakah Engkau, Tuhan?" Kata-Nya: "Akulah Yesus yang kauaniaya itu.
9:6 Tetapi bangunlah dan pergilah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu, apa yang harus kauperbuat."
9:7 Maka termangu-mangulah teman-temannya seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang jugapun.
9:8 Saulus bangun dan berdiri, lalu membuka matanya, tetapi ia tidak dapat melihat apa-apa; mereka harus menuntun dia masuk ke Damsyik.
9:9 Tiga hari lamanya ia tidak dapat melihat dan tiga hari lamanya ia tidak makan dan minum.
9:10 Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Firman Tuhan kepadanya dalam suatu penglihatan: "Ananias!" Jawabnya: "Ini aku, Tuhan!"
9:11 Firman Tuhan: "Mari, pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sekarang berdoa,
9:12 dan dalam suatu penglihatan ia melihat, bahwa seorang yang bernama Ananias masuk ke dalam dan menumpangkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi."
9:13 Jawab Ananias: "Tuhan, dari banyak orang telah kudengar tentang orang itu, betapa banyaknya kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem.
9:14 Dan ia datang ke mari dengan kuasa penuh dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang memanggil nama-Mu."
9:15 Tetapi firman Tuhan kepadanya: "Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel.
9:16 Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku."
9:17 Lalu pergilah Ananias ke situ dan masuk ke rumah itu. Ia menumpangkan tangannya ke atas Saulus, katanya: "Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus, yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah menyuruh aku kepadamu, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus."
9:18 Dan seketika itu juga seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun lalu dibaptis.